A.
Pengertian
Paradigma
Denzin & Lincoln
(1994:105) mendefinisikan paradigma sebagai : “Basic belief system or worldview that guides the
investigator, not only in choices of method but in ontologically and
epistomologically fundamental ways”. Pengertian tersebut mengandung
makna paradigma adalah sistem
keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya
dalam memilih metode tetapi juga cara - cara fundamental yang bersifat ontologis
(pengartiannya), epistomologis (alasan terjadinya) dan metodelogis (cara atau
metode yang digunakan).
Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar
berdasarkan asumsi ontologis pistomologis, dan metodologi. Denzin &
Lincoln (1994:107).
Suatu paradigma
dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan dasar atau yang berada di balik
fisik yaitu metafisik yang bersifat pokok atau prinsip utama. Lincoln (1994:107)
Suatu pandangan
yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari. Robert Friedrichs (1970).
Pandangan yang
mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. George Ritzer (1980).
Suatu
pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan
kompleksitas dunia nyata. Patton (1975).
Dari pengertian – pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola
pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra
subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana
seseorang menanggapi realita itu.
B.
Pengertian
Psikoanalisis
Psikoanalisis
adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund
Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis
manusia. Berikut
ini adalah pengertian psikoanali menurut Sigmund Freud (1979: x – xi) :
1.
Suatu metoda penelitian terhadap
proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian
ilmiah.
2.
Suatu teknik untuk menyembuhkan
gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis
3.
Pengetahuan psikologis yang diperoleh
melalui metoda dan teknik tersebut.
C.
Pengertian
Paradigma Psikoanalisi
Paradigma
Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan
sebagai aliran psikologi yang banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya
dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
D.
Pengertian
Kepribadian
Personality atau kepribadian
berasal dari kata persona, merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain
sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian adalah bagaimana individu
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu - individu lainnya. Pada dasarnya
definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai
perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa
ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu. Definisi
ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai),
bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau
“buruk” karena bersifat netral.
George Kelly memandang kepribadian
sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya.
Gordon
Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu
yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang
bersangkutan. Gordon
Allport melihat bahwa kepribadian sebagai suatu
organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan
sekaligus proses.
E.
Definisi
Kepribadian Menurut Erik H Erikson
Pengetian Kepribadian menurut Erik H Erikson adalah bahwa tahap-tahap kehidupan seorang manusia
sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh-pengaruh interaksi sosial
yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis. Erikson menyatakan bahwa kepribadian itu
dibagi menjadi 8 tahap psikososial.
Erikson
lebih menekankan pada interaksi individu dengan lingkungan sosialnya dalam
pembentukan kepribadian, serta peran ego lah yang berperan dalam lingkungan
sosial tersebut. Menurut Erikson, ego
tidak hanya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tetapi juga mampu
menemukan solusi-solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapinya. Ia juga menyatakan bahwa
perkembangan ego merupakan asumsi mengenai perkembangan manusia.
Berikut ini adalah ego yang sempurna menurut Erik H Erikson :
1.
Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan
metoda yang dapat diverifikasi dengan metode kerja
yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan
lingkungan.
2.
Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan
kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan konkret dengan pandangan semesta.
3.
Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain,
memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut
Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar,
mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa
lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Ia menyatakan bahwa
ketiga aspek ego ialah saling berhubungan. Ketiga aspek tersebut, yakni:
1.
body ego
(pengalaman orang dengan tubuhnya),
2.
ego ideal
(mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal),
3.
ego identity (gambaran mengenai diri dalam berbagai
peran sosial)
F.
Tahapan Perkembangan Kepribadian
Erickson membagi
perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan psikososial. Bagi Erickson, proses perkembangan diatur
oleh prinsip epigenetik dari maturasi ( epigenetic principle of maturation),
dimana maksudnya adalah tahapan-tahapan perkembangan ditentukan faktor
keturunan.
Setiap delapan tahapan perkembangan
mempunyai krisis tersendiri atau titik balik yang mengharuskan beberapa
perubahan dalam perilaku dan kepribadian kita. Kita dihadapkan dengan pilihan
antara 2 cara dalam merespon krisis : sebuah maladaptif atau cara negatif dan
adaptif atau cara positif.
Berikut ini tabel delapan tahapan
perkembangan psikososial Erikson.
Perkiraan Umur
|
Tahapan
|
Krisis Psikososial
|
Kekuatan Dasar
|
0-1 thn (Infancy)
|
Oral-sensoris
|
Trust Vs Mistrust
|
Harapan
|
1-3 thn (Masa
kanak-kanak awal
|
Muscular Anal
|
Autonomy Vs Shame
and Doubt
|
Kemauan
|
3-6 thn (Usia
Bermain)
|
Infantile Genital
Locomotor
|
Initative Vs
Guilty
|
Tujuan
|
6-12 thn (Usia
sekolah)
|
Latency
|
Industry Vs
Inferiority
|
Kompeten
|
12-20 thn
(Adolescence)
|
Puberty
|
Identity Vs
Identity Confussion
|
Kesetiaan
|
20-30 thn (Dewasa
Dini)
|
Genitality
|
Intimacy Vs
Isolation
|
Cinta
|
30-65 thn (Dewasa)
|
Generativity Vs
Stagnation
|
Kepedulian
|
|
65+ thn (Usia
lanjut)
|
Integrity Vs
Despair
|
Kebijaksanaan
|
1.
Masa
Bayi
Masa bayi adalah masa
pembentukan, dimana bayi “menerima” bukan hanya melalui mulut, namun juga
melalui organ indra yang lain. Sebagaimana mereka menerima makanan dan
informasi sensori, bayi belajar untuk memercayai ataupu tidak memercayai dunia
luar, keadaan yang memberikan harapan tidak nyata.
Aspek psikoseksual : Gaya
Sensori Oral
Tahapan ini ditandai oleh dua
gaya pembentukan – memperoleh dan menerima apa yang diberikan. Bayi
dapat memperoleh walaupun tanpa keberadaan orang lain. Mereka dapat memperoleh
udara melalui paru-paru. Akan tetapi, gaya pembentukan yang kedua menyiratkan
konteks sosisal. Untuk membuat orang lain memberi, mereka harus belajar untuk
memercayai atau tidak memercayai orang lain. Hal ini
membangun krisis psikososial dasar yaitu Trust vs Mistrust.
Krisis psikososial : Percaya vs
Tidak Percaya
Setahun pertama kehidupan, bayi
menghabiskan banyak waktunya dengan makan, mengeluarkan kotoran, dan tidur.
Hubungan antara bayi dan dunianya semata-mata bukan biologis. Hubungan sosial
yang mendominasi. Interaksi antara bayi dan ibunya menentukan apakah bayi
memandang dunianya dengan sikap percaya atau tidak percaya (trust vs mistrust).
Jika ibunya merespon bayi dan
memberikan kasih sayang, cinta, keamanan, maka kemudian bayi akan mengembangkan
rasa percaya. Di lain hal, jika ibunya menolak, tidak perhatian, atau tidak
konsisten dalam menjaga bayinya, maka bayi akan mengembangkan sebuah sikap
ketidakpercayaan dan akan menjadi kecuriga, ketakutan, dan kecemasan.
Meskipun pola percaya vs tidak
percaya sebagai dimensi kepribadian dalam masa bayi, masalah akan kembali
muncul dalam tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang ibu dari bayi akan
menghasilkan hubungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, namun rasa
percaya ini akan rusak jika ibunya meninggal dunia. Pada kejadian ini, maka
rasa ketidakpercayaan akan mengambil alih. Ketidakpercayaan di masa kecil dapat
diubah melalui cinta dalam persahabatan , dan kesabaran guru atau teman.
Virtue : Harapan
Harapan muncul dari konflik
antara rasa percaya dan rasa tidak percaya. Jika bayi mengalami pengalaman yang
tidak enak, bayi belajar untuk berharap bahwa gangguan mereka di masa depan
akan diakhiri oleh hasil yang memuaskan.
Apabila bayi tidak mengembangkan
harapan yang cukup pada masa ini, maka mereka akan menampilkan lawan dari
harapan–penarikan diri. Dengan hanya sedikit harapan, mereka akan menarik diri
dari dunia luar dan memulai perjalanan menuju gangguan psikologis yang serius.
2. Masa Kanak – kanak Awal
Freud berpendapat bahwa anus
sebagai zona yang paling memberikan kepuasan seksual bila tersentuh
(erogeneous) selama periode ini dan selama fase anak-sadsitis awal, anak-anak
mendapat kesenangan dengan menghancurkan atau menghilangkan obyek dan nantinya
mereka mendapat kesenangan dengan buang air besar.
Erickson berpandangan lebih
luas. Baginya, anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai otot
sirkular yang dapat berkotraksi, tetapi juga menguasai fungsi tubuh lainnya,
seperti buang air kecil, jalan, memegang, dan seterusnya.
Aspek psikoseksual : Otot
Uretral-anal
Pada masa ini, anak belajar
untuk mengendalikan tubuh mereka, khusunya berkaitan dengan kebersihan dan
pergerakan. Masa kanak-kanak awal tidak hanya belajar toilet training tetapi
juga belajar berjalan, berpegangan dengan mainan, dan lain-lain. Mereka
senang menahan feses mereka, mereka juga senang mengumpulkan barang dan
tiba-tiba menghancurkannya.
Kanak-kanak awal adalah masanya
kontradiksi, masa pemberontakan yang bersikeras dan kepatuhan yang lembut, masa
pengungkapan diri yang impulsif dan penyimpangan yang kompulsif.
Krisis Psikososial : Otonomi vs
Rasa Malu dan Ragu
Selama 2 tahun atau3 tahun
kehidupan, anak-anak akan berkembang dengan cepat dari segi kemampuan fisik dan
kemampuan mental dan dapat melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri.
Permulaannya adalah berkomunikasi lebih efektif, berjalan, memanjat, menarik,
mendorong, memengang objek atau melepaskannya. Anak-anak merasa bangga dengan
perkembangan kemampuan ini dan akan melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
Poin penting dalam tahapan ini
adalah anak-anak dapat menggerakkan badan dan melakukan otonomi. Perselisihan
besar terjadi antara orang tua dan anak pada tahap yang melibatkan toilet
training. Seorang anak akan diajarkan untuk menahan dan pergi ke tempat yang
tepat. Orang tua akan mengizinkan anak memulai toilet training dengan caranya
sendiri, atau orang tua merasa terganggu dan merebut kebebasan anak dengan
memaksa training tersebut dan menunjukkan ketidaksabaran dan kemarahan ketika
anak tidak melakukannya dengan benar.
Ketika orang tua merintangi dan
menggagalkan usaha anak untuk melakukan otonomi, anak akan mengembangkan
perasaan ragu dan malu.
Virtue : Keinginan
Kekuatan dasar akan keinginan
dan kemauan berkemabang dari resolusi krisis otonomi vs rasa malu dan ragu.
Kekuatan keinginan yang matang dan ukuran signifikan kehendak bebas tertahan
hingga tahapan perkembangan selanjutnya, namun mereka berasal dari keinginan
awal yang timbul pada masa kanak-kanak awal.
Anak-anak hanya akan berkembang
jika lingkungan mereka membiarkan mereka memilki pengungkapan diri dalam
kendali otot sphincter dan otot lain-lain. Ketika pengalaman mereka
mengakibatkan rasa malu dan ragu yang terlalu besar, anak-anak tidak mampu
mengembangkan kekuatan dasar ini.
3. Usia Bermain
Aspek psikoseksual :
Lokomotir-Genital
Erikson melihat
situasi Oedipal sebagai prototipe “kekuatan seumur hidup akan keriangan
manusia”. Dengan kata lain, Oedipus conplex adalah drama yang dimainkan dalam
imajinasi anak-anak mencakup pengertian yang dimulai meningkat akan konsep
dasar, seperti reprodusi, pertumbuhan, masa depan, dan kematian.
Ketertarikan anak-anak usia
bermain akan aktivitas genital diiringi dengan meningkatnya sarana daya gerak
mereka. Mereka sekarang dengan mudahnya bergerak, berlari, melompat dan
permainan mereka menunjukkan inisiatif serta imajinatif.
Krisis psikososial : Inisiatif
Vs Rasa Bersalah
Tahapan ketiga dari perkembangan
psikososial, tahapan locomotor-genotal, muncul pada umur antara 3-5 thn dan
analogi dengan pada tahapan phallic dari sistemnya Freud. Anak-anak
berkeinginan untuk mengambil inisiatif di segala aktifitas. Insiatif dalam
bentuk fantasi juga tumbuh dan ini dimanifestasikan dalam keinginan anak untuk
mempunyai orang tua yang berlawanan jenis kelamin dan merasa rival terhadap
orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Jika orang tua menghukum anak maka
anak akan mengembangkan perasaan bersalah . Apabila rasa bersalah adalah elemen
dominan, anak bisa menjadi bermoral dengan terpaksa atau terlalu terkekang.
Virtue : Tujuan
Anak-anak sekarang bermain
dengan tujuan, bersaing dalam permainan dengan tujuan menang atau mencapai
puncak. Mereka menentukan sasaran dan mengejar sasaran itu dengan tujuan. Usia
bermain juga merupakan tahpan dimana anak-anak mengembangkan hati nurani dan
mulai meletakkan benar dan salah pada tingkah laku mereka. Hati nurani di masa
muda ini menjadi landasan akan moralitas.
4. Usia Sekolah
Aspek psikoseksual : Latensi
Latensi seksual penting karena
memungkinkan anak-anak mengalihkan energi mereka untuk mempelajari teknologi
kultur mereka dan startegi akan interksi sosial mereka.
Krisis Psikososial : Industri vs
Rasa Rendah Diri
Pada tahapan ini, anak mulai
memasuki sekolah dan membuka pengaruh sosial baru. Krisis psikososial pada
tahapan ini adalah industri vs rasa rendah diri. Industri, kualitas yang
berarti kesungguhan, kemauan untuk tetap sibuk akan sesuatu, dan untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan. Anak-anak usia sekolah belajar untuk bekerja dan bermain pada
aktivitas yang diarahkan agar memperoleh kemampuan bekerja dan mempelajari
aturan dalam bekerja sama.
Sebagaimana anak belajar untuk
melakukan sesuatu dengan baik, mereka mengembangkan rasa industri. Akan tetapi,
jika pekerjaan mereka tidak cukup baik untuk mencapai sasaran, maka mereka
merasa rendah diri.
Rasio antara industri dan rasa
rendah diri harus condong pada industri, namun rasa rendah diri tidak perlu
dihindari. Seperti yang dikatakan oleh Alfred
Adler, rasa rendah diri dapat bekerja sebagai pendorong seseorang untuk
melakukan yang terbaik. Sebaliknya, rasa rendah diri yang berlebihan dapat
menghalangi aktivitas produktif dan menghambat rasa kompetensi seseorang.
Virtue : Kompetensi
Kekuatan dasar kompetensi adalah
rasa percaya diri untuk menggunakan kemampuan fisik dan kognitif dalam
menyelesaikan masalah yang mengiringi usia sekolah. Kompetensi diberikan
landasan untuk partisipasi kooperatif dalam kehidupan dewasa yang produktif.
5. Adolensen
Pada tahap adolensen ini, krisis antara
identitas dengan kekacauan identitas mencapai puncaknya. Disini juga muncul
kesetiaan (fidelity) sebagai virtue
dari adolensen. Mereka mencoba-coba peran baru sambil terus berusaha menemukan
identitas ego yang mantap.
Aspek Psikoseksual : Pubertas
Pubertas (puberty) adalah tahap kemasakan seksual. Menurut Erikson penting karena pubertas memacu
harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Krisis Psikososial : Identitas vs
Kekacauan Identitas
Pencarian identitas ego mencapai
puncaknya. Menurut Erikson identitas
muncul 2 sumber :
1. penegasan/penghapusan identitas
masa kanak-kanak
2. sejarah
yang berkaitan dengan kesediaan menerima standar tertentu.
Identitas bisa positif dan negatif. Yang
positif adalah keputusan mengenai akan menjadi apa dan apa yang mereka yakini.
Kebalikannya, identitas negatif adalah apa yang mereka tidak ingin menjadi
seperti itu dan apa yang mereka tolak.
Kekacauan identitas adalah sindrom
masalah-masalah yang bisa dikatakan terjadi karena identitas negatif yang
meliputi; terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang
akbrab,dll. Psychososial moratorium =
waktu tertundanya peran dewasa, karena remaja itu pindah dari satu keyakinan ke
keyakinan yang lain.
Virtue : Kesetiaan
Kekuatan dasar yang muncul dari krisis
identitas pada tahap adolensen adalah kesetiaan (fidelity). Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation), menjadi bentuk yang
malu-malu (diffedence) atau penyimpangan
(deviance). Difiden adalah keadaan
ekstrim tidak percaya diri, sementara devian adalah memberontak kepada otoritas
secara terbuka.
6.
Dewasa
Awal
Tugas pada tahap dewasa awal hanya
sesudah orang mengembangkan perasaan yang mantap siapa dan apa yang
diinginkannya maka mereka dapat mengembangkan tingkat kebaikan cinta (love). Tahap ini ditandai dengan
perolehan keintiman (intimacy) pada
awal periode dan perkembangan berketurunan (generativity)
pada akhir periode.
Aspek Psikoseksual : Perkelaminan
Disebut perkelaminan (genitality). Aktivitas seksual selama
tahap adolensen adalah ekspresi pencarian identitas yang biasanya dipuaskan
sendiri. Ditandai dengan saling percaya dan berbagi kepuasan seksual secara
permanen dengan orang yang dicintai.
Krisis Psikososial : Keakraban vs
Isolasi
Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas tanpa
ketakutan kehilangan identitas diri itu. Karena intimasi hanya dapat dilakukan
sesudah orang membentuk ego yang stabil. Intimasi yang masak adalah kemampuan
dan kemauan untuk saling percaya. Sementara isolasi adalah ketidakmampuan untuk
bekerja sama dengan orang lain melalui berbagai intimasi sebenarnya. Intimasi
yang berlebihan bisa mengjilangkan identitas ego. Orang tetap membutuhkan
isolasi dalam kadar yang cukup sebelum dapat mencapai kemasakan cinta.
Virtue : Cinta
Cinta adalah kesetiaan yang masak
sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Kebalikan dari
cinta adalah kesendirian (exclusivity).
Sedikit ekslusif dibutuhkan dalam intumasi, yakni bahwa orang harus bisa
menolak orang tertentu, untuk mengembangkan perasaan identitas diri yang kuat.
Kesendirian menjadi patologis kalau kekuatannya sampai menghalangi kemampuan
kerja sama.
7.
Dewasa
Tahap ini menjadi tahap yang paling
panjang, sekitar 30 tahun.
Aspek Psikoseksual : Prokreativita
Menurut Erikson, manusia memiliki
insting untuk mempertahankan jenisnya yang disebut prokreativita (procreativity).
Krisis Psikososial : Generativita vs
Stagnasi
Kualita sintonik tahap dewasa adalah
generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru.
Antitesis dari generativa adalah stagnasi. Siklus generativa dari produktivitas
bakal lumpuh kalau orang terlalu mementingkan diri sendiri, dan perkembangan
menjadi mandeg, stagnasi. Sesekali dia perlu berhenti, diam, menyerap hasil
kreativitas orang lain.
Virtue : Keperdulian
Keperdulian (care) adalah perluasan suatu komitmen untuk merawat orang lain. Care bukan suatu tugas atau kewajiban,
tetapi keinginan yang muncul serta alami dari konflik antara generativita
dengan stagnasi. Lawan dari keperdulian adalah penolakan (rejectivity), yang diwujudkan dalam bentuk mementingkan diri
sendiri, atau pseudospeciation, yakni
keyakinan bahwa orang atau kelompok lain adalah jenis manusia yang lebih
inferior dibanding diri/kelompoknya.
8.
Usia Tua
Aspek Psikoseksual : Generalisasi
Sensualitas
Tahap terakhir dati psikoseksual adalah
generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality) :
memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran,
kecapan, bau, pelukan dan bisa juga stimulasi genital.
Krisis Psikososial: Integritas versus
Putus Asa
Banyak terjadi pada krisis psikososial
terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Integritas adalah
perasaan menyatu dan utuh, kemampuan untuk menyatukan perasaan keakuan, dan
mengurangi kekuatan fisik dan intelektual. Putus asa yang diekspresikan dalam
bentuk kebencian, depresi, menghina orang lain, atau tidak mau menerima
kepastian batas kehidupan. Putus asa ini menjadi lawan dari kualitas distonik
tahap bayi, yakni harapan. Dapat dikatakan konflik antara hape versus despair.
Virtue: Kebijaksanaan (wisdom)
Orang dengan kebijaksanaan yang matang,
tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya
menurun. Antitesis dari kebijaksanaan adalah penghinaan (disdain). Penghinaan
merupakan kelanjutan dari penolakan, sumber patologi dari fase dewasa
KESIMPULAN
Psikoanalisis
manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis
(ego), komponen sosial (superego),atau unsur animal, rasional, dan moral
(hewani, akal, nilai).
Perkembangan
kepribadian itu terjadi secara bertahap, ciri utama setiap tahapnya adalah di
satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan
melalui krisis diantara dua polaritas
Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian
manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga
pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong,
mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas
REVERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar