Sabtu, 24 November 2012

Paradigma Psikoanalisis Kontemporer - Erik H Erikson


A.          Pengertian Paradigma
Denzin & Lincoln (1994:105) mendefinisikan paradigma sebagai : “Basic belief system or worldview that guides the investigator, not only in choices of method but in ontologically and epistomologically fundamental ways”. Pengertian tersebut mengandung makna paradigma adalah sistem
keyakinan dasar atau cara memandang dunia yang membimbing peneliti tidak hanya dalam memilih metode tetapi juga cara - cara fundamental yang bersifat ontologis (pengartiannya), epistomologis (alasan terjadinya) dan metodelogis (cara atau metode yang digunakan).
Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi ontologis pistomologis, dan metodologi. Denzin & Lincoln (1994:107).
Suatu paradigma dapat dipandang sebagai seperangkat kepercayaan dasar atau yang berada di balik fisik yaitu metafisik yang bersifat pokok atau prinsip utama. Lincoln (1994:107)
Suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Robert Friedrichs (1970).
Pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. George Ritzer (1980).
Suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata. Patton (1975).
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu.

B.           Pengertian Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Berikut ini adalah pengertian psikoanali menurut Sigmund Freud (1979: x – xi) :
1.         Suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah.
2.         Suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis
3.         Pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.

C.          Pengertian Paradigma Psikoanalisi
    Paradigma Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi yang banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.

D.          Pengertian Kepribadian
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu - individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu. Definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.
George Kelly memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
  Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Gordon Allport melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.

E.           Definisi Kepribadian Menurut Erik H Erikson
Pengetian Kepribadian menurut Erik H Erikson adalah bahwa tahap-tahap kehidupan seorang manusia sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh-pengaruh interaksi sosial yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis. Erikson menyatakan bahwa kepribadian itu dibagi menjadi 8 tahap psikososial.
Erikson lebih menekankan pada interaksi individu dengan lingkungan sosialnya dalam pembentukan kepribadian, serta peran ego lah yang berperan dalam lingkungan sosial tersebut. Menurut Erikson, ego tidak hanya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tetapi juga mampu menemukan solusi-solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapinya. Ia juga menyatakan bahwa perkembangan ego merupakan asumsi mengenai perkembangan manusia.
Berikut ini adalah ego yang sempurna menurut Erik H Erikson :
1.      Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
2.      Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan konkret dengan pandangan semesta.
3.      Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Ia menyatakan bahwa ketiga aspek ego ialah saling berhubungan. Ketiga aspek tersebut, yakni:
1.      body ego (pengalaman orang dengan tubuhnya),
2.      ego ideal (mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal),
3.      ego identity (gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial)

F.           Tahapan Perkembangan Kepribadian
Erickson membagi perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan psikososial. Bagi Erickson, proses perkembangan diatur oleh prinsip epigenetik dari maturasi ( epigenetic principle of maturation), dimana maksudnya adalah tahapan-tahapan perkembangan ditentukan faktor keturunan.
Setiap delapan tahapan perkembangan mempunyai krisis tersendiri atau titik balik yang mengharuskan beberapa perubahan dalam perilaku dan kepribadian kita. Kita dihadapkan dengan pilihan antara 2 cara dalam merespon krisis : sebuah maladaptif atau cara negatif dan adaptif atau cara positif.

Berikut ini tabel delapan tahapan perkembangan psikososial Erikson.
Perkiraan Umur
Tahapan
Krisis Psikososial
Kekuatan Dasar
0-1 thn (Infancy)
Oral-sensoris
Trust Vs Mistrust
Harapan
1-3 thn (Masa kanak-kanak awal
Muscular Anal
Autonomy Vs Shame and Doubt
Kemauan
3-6 thn (Usia Bermain)
Infantile Genital Locomotor
Initative Vs Guilty
Tujuan
6-12 thn (Usia sekolah)
Latency
Industry Vs Inferiority
Kompeten
12-20 thn (Adolescence)
Puberty
Identity Vs Identity Confussion
Kesetiaan
20-30 thn (Dewasa Dini)
Genitality
Intimacy Vs Isolation
Cinta
30-65 thn (Dewasa)
Generativity Vs Stagnation
Kepedulian
65­+ thn (Usia lanjut)
Integrity Vs Despair
Kebijaksanaan

1.            Masa Bayi
Masa bayi adalah masa pembentukan, dimana bayi “menerima” bukan hanya melalui mulut, namun juga melalui organ indra yang lain. Sebagaimana mereka menerima makanan dan informasi sensori, bayi belajar untuk memercayai ataupu tidak memercayai dunia luar, keadaan yang memberikan harapan tidak nyata.
Aspek psikoseksual : Gaya Sensori Oral
Tahapan ini ditandai oleh dua gaya pembentukan – memperoleh dan menerima apa yang diberikan. Bayi dapat memperoleh walaupun tanpa keberadaan orang lain. Mereka dapat memperoleh udara melalui paru-paru. Akan tetapi, gaya pembentukan yang kedua menyiratkan konteks sosisal. Untuk membuat orang lain memberi, mereka harus belajar untuk memercayai atau tidak memercayai orang lain. Hal ini membangun krisis psikososial dasar yaitu Trust vs Mistrust.
Krisis psikososial : Percaya vs Tidak Percaya
Setahun pertama kehidupan, bayi menghabiskan banyak waktunya dengan makan, mengeluarkan kotoran, dan tidur. Hubungan antara bayi dan dunianya semata-mata bukan biologis. Hubungan sosial yang mendominasi. Interaksi antara bayi dan ibunya menentukan apakah bayi memandang dunianya dengan sikap percaya atau tidak percaya (trust vs mistrust).
Jika ibunya merespon bayi dan memberikan kasih sayang, cinta, keamanan, maka kemudian bayi akan mengembangkan rasa percaya. Di lain hal, jika ibunya menolak, tidak perhatian, atau tidak konsisten dalam menjaga bayinya, maka bayi akan mengembangkan sebuah sikap ketidakpercayaan dan akan menjadi kecuriga, ketakutan, dan kecemasan.
Meskipun pola percaya vs tidak percaya sebagai dimensi kepribadian dalam masa bayi, masalah akan kembali muncul dalam tahapan selanjutnya. Sebagai contoh, seorang ibu dari bayi akan menghasilkan hubungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, namun rasa percaya ini akan rusak jika ibunya meninggal dunia. Pada kejadian ini, maka rasa ketidakpercayaan akan mengambil alih. Ketidakpercayaan di masa kecil dapat diubah melalui cinta dalam persahabatan , dan kesabaran guru atau teman.
Virtue : Harapan
Harapan muncul dari konflik antara rasa percaya dan rasa tidak percaya. Jika bayi mengalami pengalaman yang tidak enak, bayi belajar untuk berharap bahwa gangguan mereka di masa depan akan diakhiri oleh hasil yang memuaskan.
Apabila bayi tidak mengembangkan harapan yang cukup pada masa ini, maka mereka akan menampilkan lawan dari harapan–penarikan diri. Dengan hanya sedikit harapan, mereka akan menarik diri dari dunia luar dan memulai perjalanan menuju gangguan psikologis yang serius.
2.      Masa Kanak – kanak Awal
Freud berpendapat bahwa anus sebagai zona yang paling memberikan kepuasan seksual bila tersentuh (erogeneous) selama periode ini dan selama fase anak-sadsitis awal, anak-anak mendapat kesenangan dengan menghancurkan atau menghilangkan obyek dan nantinya mereka mendapat kesenangan dengan buang air besar.
Erickson berpandangan lebih luas. Baginya, anak-anak mendapat kesenangan bukan hanya karena menguasai otot sirkular yang dapat berkotraksi, tetapi juga menguasai fungsi tubuh lainnya, seperti buang air kecil, jalan, memegang, dan seterusnya.
Aspek psikoseksual : Otot Uretral-anal
Pada masa ini, anak belajar untuk mengendalikan tubuh mereka, khusunya berkaitan dengan kebersihan dan pergerakan. Masa kanak-kanak awal tidak hanya belajar toilet training tetapi juga belajar berjalan, berpegangan dengan mainan, dan lain-lain. Mereka senang menahan feses mereka, mereka juga senang mengumpulkan barang dan tiba-tiba menghancurkannya.
Kanak-kanak awal adalah masanya kontradiksi, masa pemberontakan yang bersikeras dan kepatuhan yang lembut, masa pengungkapan diri yang impulsif dan penyimpangan yang kompulsif.
Krisis Psikososial : Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu
Selama 2 tahun atau3 tahun kehidupan, anak-anak akan berkembang dengan cepat dari segi kemampuan fisik dan kemampuan mental dan dapat melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri. Permulaannya adalah berkomunikasi lebih efektif, berjalan, memanjat, menarik, mendorong, memengang objek atau melepaskannya. Anak-anak merasa bangga dengan perkembangan kemampuan ini dan akan melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
Poin penting dalam tahapan ini adalah anak-anak dapat menggerakkan badan dan melakukan otonomi. Perselisihan besar terjadi antara orang tua dan anak pada tahap yang melibatkan toilet training. Seorang anak akan diajarkan untuk menahan dan pergi ke tempat yang tepat. Orang tua akan mengizinkan anak memulai toilet training dengan caranya sendiri, atau orang tua merasa terganggu dan merebut kebebasan anak dengan memaksa training tersebut dan menunjukkan ketidaksabaran dan kemarahan ketika anak tidak melakukannya dengan benar.
Ketika orang tua merintangi dan menggagalkan usaha anak untuk melakukan otonomi, anak akan mengembangkan perasaan ragu dan malu.
Virtue : Keinginan
Kekuatan dasar akan keinginan dan kemauan berkemabang dari resolusi krisis otonomi vs rasa malu dan ragu. Kekuatan keinginan yang matang dan ukuran signifikan kehendak bebas tertahan hingga tahapan perkembangan selanjutnya, namun mereka berasal dari keinginan awal yang timbul pada masa kanak-kanak awal.
Anak-anak hanya akan berkembang jika lingkungan mereka membiarkan mereka memilki pengungkapan diri dalam kendali otot sphincter dan otot lain-lain. Ketika pengalaman mereka mengakibatkan rasa malu dan ragu yang terlalu besar, anak-anak tidak mampu mengembangkan kekuatan dasar ini.

3.      Usia Bermain
Aspek psikoseksual : Lokomotir-Genital
Erikson melihat situasi Oedipal sebagai prototipe “kekuatan seumur hidup akan keriangan manusia”. Dengan kata lain, Oedipus conplex adalah drama yang dimainkan dalam imajinasi anak-anak mencakup pengertian yang dimulai meningkat akan konsep dasar, seperti reprodusi, pertumbuhan, masa depan, dan kematian.
Ketertarikan anak-anak usia bermain akan aktivitas genital diiringi dengan meningkatnya sarana daya gerak mereka. Mereka sekarang dengan mudahnya bergerak, berlari, melompat dan permainan mereka menunjukkan inisiatif serta imajinatif.
Krisis psikososial : Inisiatif Vs Rasa Bersalah
Tahapan ketiga dari perkembangan psikososial, tahapan locomotor-genotal, muncul pada umur antara 3-5 thn dan analogi dengan pada tahapan phallic dari sistemnya Freud. Anak-anak berkeinginan untuk mengambil inisiatif di segala aktifitas. Insiatif dalam bentuk fantasi juga tumbuh dan ini dimanifestasikan dalam keinginan anak untuk mempunyai orang tua yang berlawanan jenis kelamin dan merasa rival terhadap orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Jika orang tua menghukum anak maka anak akan mengembangkan perasaan bersalah . Apabila rasa bersalah adalah elemen dominan, anak bisa menjadi bermoral dengan terpaksa atau terlalu terkekang.
Virtue : Tujuan
Anak-anak sekarang bermain dengan tujuan, bersaing dalam permainan dengan tujuan menang atau mencapai puncak. Mereka menentukan sasaran dan mengejar sasaran itu dengan tujuan. Usia bermain juga merupakan tahpan dimana anak-anak mengembangkan hati nurani dan mulai meletakkan benar dan salah pada tingkah laku mereka. Hati nurani di masa muda ini menjadi landasan akan moralitas.
4.      Usia Sekolah
Aspek psikoseksual : Latensi
Latensi seksual penting karena memungkinkan anak-anak mengalihkan energi mereka untuk mempelajari teknologi kultur mereka dan startegi akan interksi sosial mereka.
Krisis Psikososial : Industri vs Rasa Rendah Diri
Pada tahapan ini, anak mulai memasuki sekolah dan membuka pengaruh sosial baru. Krisis psikososial pada tahapan ini adalah industri vs rasa rendah diri. Industri, kualitas yang berarti kesungguhan, kemauan untuk tetap sibuk akan sesuatu, dan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Anak-anak usia sekolah belajar untuk bekerja dan bermain pada aktivitas yang diarahkan agar memperoleh kemampuan bekerja dan mempelajari aturan dalam bekerja sama.
Sebagaimana anak belajar untuk melakukan sesuatu dengan baik, mereka mengembangkan rasa industri. Akan tetapi, jika pekerjaan mereka tidak cukup baik untuk mencapai sasaran, maka mereka merasa rendah diri.
Rasio antara industri dan rasa rendah diri harus condong pada industri, namun rasa rendah diri tidak perlu dihindari. Seperti yang dikatakan oleh Alfred Adler, rasa rendah diri dapat bekerja sebagai pendorong seseorang untuk melakukan yang terbaik. Sebaliknya, rasa rendah diri yang berlebihan dapat menghalangi aktivitas produktif dan menghambat rasa kompetensi seseorang.
Virtue : Kompetensi
Kekuatan dasar kompetensi adalah rasa percaya diri untuk menggunakan kemampuan fisik dan kognitif dalam menyelesaikan masalah yang mengiringi usia sekolah. Kompetensi diberikan landasan untuk partisipasi kooperatif dalam kehidupan dewasa yang produktif.
5.      Adolensen
Pada tahap adolensen ini, krisis antara identitas dengan kekacauan identitas mencapai puncaknya. Disini juga muncul kesetiaan (fidelity) sebagai virtue dari adolensen. Mereka mencoba-coba peran baru sambil terus berusaha menemukan identitas ego yang mantap.
Aspek Psikoseksual : Pubertas
Pubertas (puberty) adalah tahap kemasakan seksual. Menurut Erikson penting karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Krisis Psikososial : Identitas vs Kekacauan Identitas
Pencarian identitas ego mencapai puncaknya. Menurut Erikson identitas muncul 2 sumber :
 1. penegasan/penghapusan identitas masa kanak-kanak
2. sejarah yang berkaitan dengan kesediaan menerima standar tertentu.
Identitas bisa positif dan negatif. Yang positif adalah keputusan mengenai akan menjadi apa dan apa yang mereka yakini. Kebalikannya, identitas negatif adalah apa yang mereka tidak ingin menjadi seperti itu dan apa yang mereka tolak.
Kekacauan identitas adalah sindrom masalah-masalah yang bisa dikatakan terjadi karena identitas negatif yang meliputi; terbaginya gambaran diri, ketidakmampuan membina persahabatan yang akbrab,dll. Psychososial moratorium = waktu tertundanya peran dewasa, karena remaja itu pindah dari satu keyakinan ke keyakinan yang lain.
Virtue : Kesetiaan
Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolensen adalah kesetiaan (fidelity). Sisi patologis dari kesetiaan adalah penolakan (repudiation), menjadi bentuk yang malu-malu (diffedence) atau penyimpangan (deviance). Difiden adalah keadaan ekstrim tidak percaya diri, sementara devian adalah memberontak kepada otoritas secara terbuka.
6.            Dewasa Awal
Tugas pada tahap dewasa awal hanya sesudah orang mengembangkan perasaan yang mantap siapa dan apa yang diinginkannya maka mereka dapat mengembangkan tingkat kebaikan cinta (love). Tahap ini ditandai dengan perolehan keintiman (intimacy) pada awal periode dan perkembangan berketurunan (generativity) pada akhir periode.
Aspek Psikoseksual : Perkelaminan
Disebut perkelaminan (genitality). Aktivitas seksual selama tahap adolensen adalah ekspresi pencarian identitas yang biasanya dipuaskan sendiri. Ditandai dengan saling percaya dan berbagi kepuasan seksual secara permanen dengan orang yang dicintai.
Krisis Psikososial : Keakraban vs Isolasi
Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Karena intimasi hanya dapat dilakukan sesudah orang membentuk ego yang stabil. Intimasi yang masak adalah kemampuan dan kemauan untuk saling percaya. Sementara isolasi adalah ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan orang lain melalui berbagai intimasi sebenarnya. Intimasi yang berlebihan bisa mengjilangkan identitas ego. Orang tetap membutuhkan isolasi dalam kadar yang cukup sebelum dapat mencapai kemasakan cinta.
Virtue : Cinta
Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Kebalikan dari cinta adalah kesendirian (exclusivity). Sedikit ekslusif dibutuhkan dalam intumasi, yakni bahwa orang harus bisa menolak orang tertentu, untuk mengembangkan perasaan identitas diri yang kuat. Kesendirian menjadi patologis kalau kekuatannya sampai menghalangi kemampuan kerja sama.
7.            Dewasa
Tahap ini menjadi tahap yang paling panjang, sekitar 30 tahun.
Aspek Psikoseksual : Prokreativita
Menurut Erikson, manusia memiliki insting untuk mempertahankan jenisnya yang disebut prokreativita (procreativity).
Krisis Psikososial : Generativita vs Stagnasi
Kualita sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Antitesis dari generativa adalah stagnasi. Siklus generativa dari produktivitas bakal lumpuh kalau orang terlalu mementingkan diri sendiri, dan perkembangan menjadi mandeg, stagnasi. Sesekali dia perlu berhenti, diam, menyerap hasil kreativitas orang lain.
Virtue : Keperdulian
Keperdulian (care) adalah perluasan suatu komitmen untuk merawat orang lain. Care bukan suatu tugas atau kewajiban, tetapi keinginan yang muncul serta alami dari konflik antara generativita dengan stagnasi. Lawan dari keperdulian adalah penolakan (rejectivity), yang diwujudkan dalam bentuk mementingkan diri sendiri, atau pseudospeciation, yakni keyakinan bahwa orang atau kelompok lain adalah jenis manusia yang lebih inferior dibanding diri/kelompoknya.


8.            Usia Tua
Aspek Psikoseksual : Generalisasi Sensualitas
Tahap terakhir dati psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality) : memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan dan bisa juga stimulasi genital.
Krisis Psikososial: Integritas versus Putus Asa
Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Integritas adalah perasaan menyatu dan utuh, kemampuan untuk menyatukan perasaan keakuan, dan mengurangi kekuatan fisik dan intelektual. Putus asa yang diekspresikan dalam bentuk kebencian, depresi, menghina orang lain, atau tidak mau menerima kepastian batas kehidupan. Putus asa ini menjadi lawan dari kualitas distonik tahap bayi, yakni harapan. Dapat dikatakan konflik antara hape versus despair.
Virtue: Kebijaksanaan (wisdom)
Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Antitesis dari kebijaksanaan adalah penghinaan (disdain). Penghinaan merupakan kelanjutan dari penolakan, sumber patologi dari fase dewasa







KESIMPULAN

   Psikoanalisis manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis (ego), komponen sosial (superego),atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akal, nilai).
   Perkembangan kepribadian itu terjadi secara bertahap, ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas
   Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas













REVERENSI

7. http://trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definisi-kepribadian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar